Oleh : Ayat Al Akrash
SEMINAR AKBAR, KEMENANGAN
Andre yang notabene adalah Ketua
Departemen Syi’ar, menjadi Ketua pula dalam acara seminar yang akan digelar. Ia
membentuk struktur panitia.
Acara ini tergolong besar, karena akan
melibatkan dosen dan mahasiswa. Target pencapaian adalah 500 peserta. Itu
berarti peserta akan memenuhi ruang auditorium di kampus tersebut.
Zaid,
yang ahli dalam membuat tulisan, membuat sebuah artikel yang sangat bagus akan
pentingnya seminar ini. Ia memasukkannya dalam koran kampus yang memang
independen, sehingga ia tak mendapatkan halangan yang berarti.
Roy pun
memanfaatkan keahliannya dalam dunia maya dengan menjaring massa melalui dunia
cyber. Ia menggunakan email, mailis, situs, Yahoo Messenger dan Friendster untuk
menyebarkan berita ini. Dan tulisan-tulisan Zaid ia muat dalam setiap pesannya
dalam internet. Bram, yang memiliki karisma dalam dirinya, mengajak para dosen
untuk berpartisipasi dalam acara seminar ini. Ia menggunakan cara-cara yang
ahsan dan menawan hati.
Sita, Laras dan Riska menjalankan amanahnya
mengajak para muslimah untuk hadir dalam seminar. Mereka kerap
mempublikasikannya dalam kajian keputrian yang setiap minggunya dihadiri oleh
tak kurang dari 50 muslimah, di setiap Jum’at.
Dalam mempersiapkan
kegiatan ini, tak jarang, Andre dan teman-temannya harus pulang malam untuk
mengadakan rapat-rapat. Dan di siang hari, mereka aktif mencari sponsor demi
terselenggaranya kegiatan. Lelah. Inilah yang dirasakan Andre dan jajaran
kepanitiaanya.
“Kamu kenapa?” Bram seakan menangkap kegalauan hati
saudaranya yang tengah termenung di sekret rohis. Ia memperhatikan bahwa Andre
sedikit melemah semangat dakwahnya. Andre hanya terdiam.
“Ingat…,
disana.. di Pelestina.., saudara-saudara kita tengah berjuang. Apa yang kita
lakukan di sini, belumlah seberapa dibandingkan mereka,” ujar Bram sambil
menatap dalam kepada Andre. Andre merasa malu, karena Bram mengetahui kegalauan
hatinya. Dan ucapan Bram itu seakan menjadi air sejuk di tengah kegersangan
hatinya.
Hari H pun akhirnya datang. Andre melakukan briefing kepada
panitia, saat pagi hari. Tiket telah terjual habis, bahkan masih ada yang ingin
memesan tiket. Dan diperkirakan ruangan akan melebihi kapasitas. “Semoga Allah
selalu meluruskan niat-niat kita saat menapaki jalannya. Hadir di sini
semata-mata karena Allah,” ujar Andre untuk memotivasi panitia. Seluruh sie
melaporkan tugasnya. Cek dan ricek.
Ticketing di depan ruangan seminar
telah bersiap-siap. Semua anggota rohis memakai jaket almamater. Mereka bak
tentara-tentara Allah yang bersiap-siap di posnya masing-masing. Acara ini
mendapat sambutan yang sangat baik dari para dosen, pun mahasiswa. Para
mahasiswa berbondong-bondong tertarik untuk mengikuti program menthoring yang
diselenggarakan oleh rohis.
Kesolidan Antar Departemen
Bram dan
Andre telah menyiapkan 20 menthor. Menthoring diadakan untuk mendidik seorang
muslim agar akidahnya bersih, akhlaknya solid, ibadahnya benar, pikirannya
intelek, tubuhnya kuat, mampu memanfaatkan waktu, dan bermanfaat bagi orang
lain. Dari seminar itu, paling tidak, terbentuklah 20 kelompok menthoring, yang
masing-masing kelompok, ada 8 orang. Itu berarti ada 160 orang yang terekrut
melalui seminar tersebut.
Karena kesolidan Departemen Pengembangan
Sumber Daya Muslim (DPSDM) dan Departemen Syi’ar, maka proses rekruitmen dan
pembinaan berjalan lancar. Bram, Roy, Zaid dan Andre hanya bisa mengucap
hamdalah akan kemenangan ini.
Berbondong-Bondong Berjilbab
Sita tengah sibuk mendata barang-barang di sekret. Pintu sekret
terbuka dan… Sita melihat rok panjang berwarna hitam. Ia mendongak ke atas dan
terlihatlah wajah Riska yang sedang tersenyum malu-malu dengan jilbab putihnya.
Untuk sesaat Sita terperangah, dan kemudian cepat-cepat tersadar dan memberikan
selamat kepadanya. Sita memeluk Riska erat sekali. Alhamdulillah… ujarnya.
Semenjak itu, bagaikan kartu domino. Mahasiswi yang lainpun berjilbab.
Selama sebulan, sudah ada 20 orang yang berjilbab. Bahkan sampai muncul istilah
ditengah-tengah mereka bahwa ada “Taubat massal.”
Suasana sekret akhwat
kian ramai dihiasi canda tawa para akhwat. Tak jarang mereka melakukan aksi
smack down, antar mereka. Mereka semua bersama-sama membantu gerak da’wah. Dan
Andre senantiasa mengetuk jendela akhwat agar tidak terlalu berisik. Hi..hi..hi…
para akhwat bukannya diam, tetapi semakin ramai. Andre hanya geleng-geleng
kepala. Dan Bram tersenyum melihat sikap Andre.
Persiapan Dauroh
Rohis mengadakan dauroh (pelatihan) yang merupakan alur terakhir dari
organisasi tersebut. Bram, Andre, Zaid dan Roy melakukan survey di daerah Gunung
Bunder. Mereka berempat memakai ikat kepala putih dan membawa ransel besar.
Persiapan untuk naik gunung.
Mereka telah mempersiapkan dauroh ini
selama satu bulan lebih. Waktu, tenaga, pikiran dan juga uang, mereka korbankan
demi terselenggaranya kegiatan dauroh tersebut. Jalur-jalur yang akan dilalui
peserta, mereka beri tanda. Namun tak terasa, malam telah menjelang. Dan sesuatu
yang aneh terjadi, mereka tak bisa menemukan jalan pulang. Padahal seharusnya
jalan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Mereka kembali menyusuri jalan. Hawa
dingin dan malam yang pekat. Hanya berbekal dua senter.
Pukul 22.00.
Mereka kemudian sadar bahwa sedari tadi hanya berputar-putar di satu tempat.
Bram berkata, “Sepertinya ini sudah bukan dunia manusia lagi, sebaiknya kita
membaca ayat kursi.” Andre, Roy dan Zaid mengiyakan. Dan sepanjang perjalanan,
mereka membaca ayat kursi. Dengan doa, zikir dan tawakal, mereka akhirnya dapat
turun gunung dengan selamat. Allahu Akbar!
Dauroh ini diikuti oleh 160
orang peserta. Mukhayyam selama 3 hari 2 malam. Tenda-tenda dibangun sendiri
oleh peserta. Ikhwan dan akhwat berlomba mendirikan tenda masing-masing. Dauroh
ini diisi dengan out bond, ceramah dan aneka games. Mendaki gunung. Dan yel-yel
kelompok yang semakin menyemarakkan suasana.
Usai kegiatan, mereka semua
berfoto bersama dengan pakaian penuh lumpur. Wajah puluhan ikhwan terlihat
sangat gembira, dengan ikat kepala putih dan slayer biru. Para ikhwan berfoto
sendiri dan berbaris rapi. Dan puluhan akhwatpun berfoto sendiri di tempat
lainnya. Jilbab-jilbab mereka yang rapi, berkibar tertiup angin gunung. Mereka
semua terlihat sangat kompak. Andre mengabadikan event itu dengan kameranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar